Say No To Valentine’s Day….
Setiap tanggal 14 Pebruari pasti bakal ada hiruk pikuk remaja di seluruh dunia,.. Apaan sihh itu??? Woouww,..Mereka punya hajat besar dengan merayakan sebuah hari yang dikenal dengan Valentine’s Day atau Hari Valentine dehh. Banyak orang yang salah kaprah, mengartikan kata valentine sebagai “Kasih sayang”. Idih PD banget yang bilang begitu, siapa tuh yang bilang,..???
Perayaan Valentine kini tidak lagi menjadi milik bangsa barat ataupun pemeluk agama tertentu namun telah menjadi budaya semua lapisan remaja dimanapun dan dengan agama apapun. Dan herannya lagi, Di Indonesia pun banyak yang ikut-ikutan untuk meramaikan perayaan hari valentine, bahkan orang-orang yang mengaku dirinya muslim tidak mau kalah untuk ikut meramaikannya. Valentine’s Day menjadi milik bersama dan setiap orang seakan wajib untuk merayakannya. Ck,..ck,..ck..
Sebenarnya Ada pertanyaan yang harus kita ketahui. Apa sich Valentine’s Day itu? “(biasanya Orang-orang di Negara kita itu hanya ikut-ikutan trend saja, takut dianggap kuno)”,..
Apakah esensinya? Dan bolehkan Umat muslim khususnya para remaja ikut berkecimpung merayakannya? Apakah perayaan itu bagian dari kultur dari peradaban Islam sehingga kita harus ikut meramaikannya dengan suka cita ?
Eitsss,.. Tunggu dulu kita mesti tahu sejarahnya dulu,… Simak uraian kisah dibawah ini yaa,..!!!..^_^
Background Historis Valentine’s Day
Ada berbagai versi tentang asal muasal Valentin’s Day ini. Beberapa ahli mengatakan bahwa ia berasal dari seorang yang bernama Saint (Santo) Valentine seorang suci kalangan Kristen yang menjadi martir karena menolak untuk meninggalkan agama Kristiani.
Dia meninggal pada tanggal 14 Pebruari 269 M., dan ketika itu di hari yang sama saat dia menyerahkan ucapan cinta. Dalam legenda yang lain disebutkan bahwa Saint Valentine meninggalkan satu catatan selamat tinggal pada seorang gadis anak sipir penjara yang menjadi temannya. Dalam catatan itu dia menuliskan tanda tangan yang berbunyi “From Your Valentine” ada pula yang menyebutkan bahwa bunyi pesan akhir itu adalah ; Love From Your Valentine”.
Cerita lain menyebutkan bahwa Valentine mengabdikan dirinya sebagai pendeta pada masa pemerintahan Kaisar Claudius. Claudius kemudian memenjarakannya karena dia menentang Kaisar. Penentangan ini bermula pada saat Kaisar berambisi untuk membentuk tentara dalam jumlah yang besar. Dia berharap kaum lelaki untuk secara suka rela bergabung menjadi tentara. Namun banyak yang tidak mau untuk terjun ke medan perang. Mereka tidak mau meninggalkan sanak familinya. Peristiwa ini membuat kaisar naik pitam. Lalu apa yang terjadi? Dia kemudian menggagas ide “gila”. Dia berpikiran bahwa jika laki-laki tidak kawin, maka mereka dengan tidak segan-segan akan bergabung menjadi tentara. Makanya, dia memutuskan untuk tidak mengijinkan laki-laki kawin.
Kalangan remaja menganggap bahwa ini adalah hukum biadab. Valentine juga tidak mendukung ide gila ini. Sebagai seorang pendeta dia bertugas menikahkan lelaki dan perempuan. Bahkan setelah pemberlakuan hukum oleh kaisar, dia tetap melakukan tugasnya ini dengan cara rahasia dan ini sungguh sangat mengasyikkan. Bayangkan, dalam sebuah kamar hanya ada sinar lilin dan ada pengantin putra dan putri serta Valentine sendiri.Peristiwa perkawinan diam-diam inilah yang menyeret dirinya ke dalam penjara dan akhirnya dijatuhi hukuman mati.
Walaupun demikian dia selalu bersikap ceria sehingga membuat beberapa orang datang menemuinya di dalam penjara. Mereka menaburkan bunga dan catatan-catatan kecil di jendela penjara. Mereka ingin dia tahu bahwa mereka juga percaya tentang cinta dirinya. Salah satu pengunjung tersebut adalah seorang gadis anak sipir penjara. Dia mengobrol dengannya berjam-jam. Di saat menjelang kematiannya dia menuliskan catatan kecil “Love from your Valentine."
Dan pada tahun 496 Paus Gelasius menseting 14 Pebruari sebagai tanggal penghormatan buat Saint Valentine. Akhirnya secara gradual 14 Pebruari menjadi tanggal saling tukar menukar pesan kasih dan Saint Valentine menjadi patron dari para penabur kasih. Tanggal ini ditandai dengan saling mengirim puisi dan hadiah seperti bunga dan gula-gula. Bahkan sering pula ditandai dengan adanya kumpul-kumpul atau pesta dansa.
Nahh,..Dari kisah yang diuraikan di atas kita tahu bahwa kisah cinta Valentine ini merupakan kisah cinta milik kalangan Kristen dan sama sekali tidak memiliki benang merah budaya dan peradaban dengan Islam. Namun kenapa remaja-remaja muslim ikut larut dan merayakannya? Ck..ck,..ck,..ck…
Ada beberapa jawaban yang bisa kita berikan terhadap pertanyaan tersebut :
Pertama, remaja muslim di Negara kita sebagian besar tidak tahu latar belakang sejarah Valentine’s Day sehingga mereka tidak merasa risih untuk mengikutinya. Dengan kata lain, remaja yang ngaku muslim banyak yang memiliki kesadaran sejarah yang …..??? “maaf boleh dibilang kurang mengetahui”
Kedua, adanya anggapan bahwa Valentine’s Day sama sekali tidak memiliki muatan agama dan hanya bersifat budaya global yang mau tidak mau harus diserap oleh siapa saja yang kini hidup di berbagai Negara dan semarak untuk dirayakan.
Ketiga, keroposnya benteng pertahanan relijius remaja kita sehingga tidak mampu lagi menyaring budaya dan peradaban yang seharusnya mereka “lawan” dengan keras.
Keempat, adanya perasaan loss of identity kalangan remaja muslim sehingga mereka mencari identitas lain sebagai pemuas keinginan mendapat identitas global.
Kelima, hanya mengikuti trend yang sedang berkembang agar tidak disebut ketinggalan zaman.
Keenam, adanya pergaulan bebas yang kian tak terbendung dan terjadinya de-sakralisasi seks yang semakin ganas.
Islam, Cinta dan Valentine’s Day
Memang kita bisa lihat pada kisah di atas bahwa Valentine Day merupakan peringatan “cinta kasih” yang diformalkan untuk mengenang sebuah peristiwa kematian seorang pendeta yang mati dalam sebuah penjara. Yang kemudian diabadikan oleh gereja lewat tangan Paus Gelasius.
Maka merupakan sebuah kurang kesadarannya, dan bahkan mungkin kurang kecerdasannya jika kaum umat muslim khususnya kalangan remaja harus ikut-ikutan melestarikan budaya yang sama sekali tidak memiliki ikatan historis, emosional, apalagi religius dengan mereka. Keikut sertaan remaja muslim dalam “Budaya barat” ini merupakan refleksi kekalahan mereka dalam sebuah pertarungan mempertahankan identitas dirinya.
Mungkin ada sebagian remaja yang akan bertanya: “Kenapa memperingati sebuah tragedi cinta itu tidak boleh dilakukan?” Apakah Islam melarang cinta kasih? Bukankah Islam menganjurkan pemeluknya kasih pada sesama?”…
Baiklah,.. Tak ada yang menyangkal bahwa Islam tidak melarang cinta kasih. Islam sendiri adalah agama kasih dan menjunjung cinta pada sesama. Dalam Islam cinta demikian dihargai dan menempati posisi sangat terhormat, kudus dan sakral. Islam sama sekali tidak phobia terhadap cinta. Islam mengakui fenomena cinta yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Namun demikian Islam tidak menjadikan cinta sebagai komoditas yang rendah dan murahan.
Cinta hakiki akan melahirkan pelita. Cinta hakiki yang dilahirkan iman akan senantiasa memberikan kenikmatan-kenikmatan nurani. Cinta hakiki akan melahirkan jiwa rela berkorban dan mampu menundukkan hawa nafsu dan syahwat birahi.
Islam memandang cinta kasih itu sebagai rahmat. Maka seorang mukmin tidak dianggap beriman sebelum dia berhasil mencintai saudaranya laksana dia mencinta dirinya sendiri (HR. Muslim),
perumpamaan kasih sayang dan kelembutan seorang mukmin adalah laksana kesatuan tubuh; jika salah satu anggota tubuh terasa sakit, maka akan merasakan pula tubuh yang lainnya : tidak bisa tidur dan demam (Bukhari Muslim).
Seorang mukmin memiliki ikatan keimanan sehingga mereka menjadi laksana saudara (Al-Hujarat: 13),
dan cinta yang meluap sering kali menjadikan seorang mukmin lebih mendahulukan saudaranya daripada dirinya sendiri, sekalipun mereka berada dalam kesusahan (Al-Hasyr : 9 ).
Lalu bagaimana kita melawan budaya seperti itu, agar kita tidak terperangkap didalamnya,.. dengan modal ikut-ikutan trend saja,..????
Tenang,.. ^^
Allah tidak menghendaki kaum muslimin menjadi “buntut” budaya lain yang berbenturan nilai-nilainya dengan Islam. Peringatan Allah pada ayat di atas membersitkan pencerahan pada kita semua bahwa Islam dengan ajarannya yang universal harus dijajakan dengan rajin pada dunia mengenal Islam dengan cara yang benar dan agar Islam menjadi “imam” peradaban dunia kembali. Sebab kehancuran peradaban Islam telah menimbulkan kerugian demikian besar pada tatanan normal manusia yang terkikis secara moral dan ambruk secara etika.
Apa yang menimpa remaja muslim saat ini tak lebih dari dampak keruntuhan peradaban Islam yang sejak lama berlangsung. Remaja muslim masa kini yang “buta” terhadap peradabannya sendiri diakibatkan munculnya serangan budaya yang gencar menusuk jantung pertahanan budaya kaum muslimin.
Maka sudah saatnya bagi remaja muslim untuk memacu diri melakukan gerakan besar dengan mengusung nilai-nilai Islam sehingga dia mampu mengendalikan diri untuk tidak terpancing apalagi larut dengan budaya seperti itu.
Mulai saat ini, kita semua kembali merapatkan jiwa dan kesadaran kita ke akar norma agama kita sendiri, lalu kita gali sedalam-dalamnya, kita renungkan semaksimal mungkin, kita aplikasikan dalam hidup ini. Dan kita pasarkan ajaran-ajaran Islam itu dengan sepenuh raga dan jiwa. Hanya dengan spirit berjuang yang tinggi dan komitmen yang kuat remaja muslim akan lahir kembali dalam sosok yang cemerlang dengan Islam sebagai pedoman.
Untuk itu, bagi teman-teman yang ingin ikut-ikutan budaya seperti itu, “ atau boleh dibilang Latah kali yaa..” mulailah berfikir dalam –dalam yaa,… “Awas jangan terlalu dalam, nanti kecebur ke dalam Sumur”…hehe